Indonesian English
Search
Close this search box.

Apa Itu Decentralized Exchange?

Decentralized Exchange?

Decentralized Exchange (DEX) adalah platform perdagangan peer-to-peer bagi penjual dan pembeli cryptocurrency bertransaksi secara langsung tanpa menyerahkan pengelolaan dana kepada perantara atau kustodian. Transaksi pada decentralized exchange dijalankan melalui penggunaan perjanjian yang ditulis dalam kode pemrograman yang disebut smart contract.

Decentralized exchange dapat mewujudkan tujuan utama cryptocurrency diciptakan, yaitu menyediakan transaksi keuangan tanpa membutuhkan peran bank, pialang, pemerintah atau perantara lain sebagai valicator.

Cara Kerja Decentralized Exchange

Terdapat tiga jenis decentralized exchange dilihat dari cara kerjanya, yakni :

1. Order Book

Order book adalah jenis decentralized exchange generasi pertama yang sistemnya akan mengkompilasi semua catatan order jual dan order beli pada protokol blockchain. Terdapat dua jenis sistem order book pada ekosistem decentralized exchange, yaitu on-chain dan off-chain.

Pada sistem on-chain, user dapat melakukan transaksi menggunakan leverage dengan dana pinjaman yang disediakan oleh platform. Hal ini dapat meningkatkan peluang profit sekaligus risiko likuiditas bagi trader. Sedangkan pada sistem off-chain, trader tidak dapat menggunakan leverage namun ada manfaat lain seperti minimnya biaya transaksi dan meningkatnya kecepatan eksekusi. Untuk bisa mendapatkan leverage, trader harus meminjam dana dari trader lain ditambah dengan biaya bunga.

2. Swap

Protokol swap bekerja dengan menggunakan kumpulan likuiditas untuk menentukan harga aset. Protokol ini dapat mengeksekusi order antar wallet kripto secara instan, itu sebabnya protokol ini disebut swap.

Sistem ini diciptakan melalui gagasan founder Ethereum, Vitalik Buterin, untuk mengatasi masalah likuiditas menggunakan smart contract. Protokol ini menggunakan dana yang dikumpulkan dalam liquidity pool yang didanai oleh oara user lain (liquidity provider).

Sistem ini bekerja dengan memberikan ranking pada user berdasarkan total dana yang disimpan pada smart contract yang disebut dengan Total Value Locked (TVL). Namun, sistem ini masih memiliki satu kelemahan, yakni slippage.

Ketika terjadi slippage, trader bisa saja membeli aset dengan harga yang lebih mahal dibanding limit order yang dipasang. Semakin besar order yang dipasang semakin besar slippage yang diderita. Tidak hanya trader, liquidity provider juga akan menghadapi risiko impermanent loss akibat menyetorkan dua jenis aset berbeda.

3. Decentralized Exchange Aggregator

Masalah likuiditas merupakan masalah terbesar yang menghalangi trader besar dan investor institusional untuk menggunakan decentralized exchange, itu sebabnya Decentralized Exchange Aggregator mulai digunakan. Decentralized Exchange Aggregator adalah protokol generasi ketiga yang diciptakan untuk mengatasi masalah likuiditas pada dua protokol sebelumnya.

Tidak hanya mengatasi masalah likuiditas, Decentralized exchange Aggregator juga mengatasi masalah lain seperti meminimalisir slippage pada order besar, mengoptimalkan swap fee harga token, serta mengeksekusi order dengan harga terbaik dengan waktu sesingkagt mungkin.

Keunggulan Decentralized Exchange

     

      • Tidak Ada Proses KYC

      • Biaya Lebih Murah

      • Privasi Terjamin

    Kelemahan Decentralized Exchange

       

        • Tingkat Likuiditas Tipis

        • Mata Uang Fiat Tidak Diizinkan

        • Masih Dalam Proses Pengembangan

      Perbedaan Decentralized Exchange dan Centralized Exchange

      Centralized exchange dikelola oleh founder sekaligus staf profesional yang menjamin sistem untuk bekerja secara berkelanjutan. Pada centralized exchange, user dapat deposit mata uang fiat dan menukarkannya menjadi cryptocurrency. Berbeda dengan decentralized exchange yang mengharuskan user untuk hanya menggunakan cryptocurrency saja.

      Pada centralized exchange user dapat melakukan perdagangan yang lebih variatif dengan margin trading atau memasang limit order melalui sistem order book. Pada decentralized exchange, pesanan perdagangan terdiri dari beragam smart contract yang menentukan harga pada setiap cryptocurrency yang diperdagangkan melalui algoritma dan liquidity pools. Liquidity pools adalah wadah yang digunakan investor untuk mendapatkan keuntungan berupa bunga.

      Pada centralized exchange, catatan perdagangan disimpan pada database perusahaan. Sedangkan pada decentralized exchange, catatan perdagangan disimpan pada protokol blockchain. Decentralized exchange umumnya dibangun secara open source menggunakan source code dari Uniwap.

      Platform Decentralized Saat Ini

      1. Uniswap

      Uniswap adalah decentralized exchange terbesar didunia dan posisi ke-4 sebagai crypto exchange terbesar di dunia. Uniswap memiliki koin native sekaligus governance token bernama UNI yang dapat digunakan sebagai alat voting. Perbedaan kontras antara Uniswap dan centralized exchange adalah penggunaan liquidity pool ketimbang market maker yang bertujuan untuk membentuk pasar yang efisien.

      Protokol Uniswap adalah protokol decentralized exchange yang paling orisinil, meskipun kerap ditiru oleh exchange lain namun tidak ada yang benar – benar dapat menduplikasinya.

      2. PancakeSwap

      PancakeSwap adalah decentarlized exchange yang menggunakan sistem Automated Market Making (AMM), yakni dengan metode untuk menentukan harga aset menggunakan kumpulan likuiditas. Pancake adalah hasil kerja fork dari SushiSwap yang memiliki source code yang identik.

      3. Balancer

      Balancer adalah decentarlized exchange terkemuka dengan sistem Automated Market Maker (AMM) yang berjalan pada jaringan Ethereum. Pengguna Balancer dapat membuat Liquidity pool sendiri dengan menggunakan dua atau kebih cryptocurrency pilihannya.

      Sebagai pengguna Balancer, kamju bisa memerankan posisi sebagai trader, investor, liquidity providers, dan arbitrageurs (sosok yang mendapatkan untung dengan melakukan perdagangan antarplatform dengan memanfaatkan untung dengan memanfaatkan selisih harga). Balancer juga merupakan decentralized exchange yang benar – benar terdesentralisasi dan tidak membutuhkan verifikasi apapun.

      4. Curve Finance

      Curve Finance adalah platform decentralized exchange yang fokus pada aset stablecoin seperti DAI, USDT, USDC, BUSD dan TUSD untuk menghindari risiko volatilitas.

      Curve Finance juga memiliki token kripto sendiri bernama CRV, koin ini digunakan sebagai intensif untuk menarik minat investor sekaligus sebagai governance token yang dapat memberi hak voting untuk melakukan modifikasi protokol.

      Rekomendasi Artikel Buat Kamu

      WALLET
      Ingin tahu apa itu Tronlink Wallet? Baca artikel ini...
      korea-selatan-1
      Kementerian Kehakiman Korea Selatan mengungkapkan niat...
      7 Kesalahan Trader Pemula Paling Fatal, Apa Sajakah Itu
      Ada banyak tindakan amatir yang bisa menjadi biang...
      iso
      PT Konakami Digital Indonesia yang bergerak dibidang...

      HARGA KRIPTO HARI INI

      [mainmenumobile]